Sabtu, 22 September 2012

Perpisahan Pasangan Kekasih (sumber:adajendeladunia.blogspot.com)
Perpisahan Pasangan Kekasih (manalu blogger)
Dualisme dalam kehidupan di dunia ini sulit dihindari,dualisme ini didalam ajaran Hindu disebut Rwa Bhineda yaitu dua hal yang berbeda yang selalu berdampingan, yang seolah-olah bertentangan tetapi selalu saling melengkapi. Dari sekian dualisme yang ada diantaranya lelaki-wanita,siang malam, suka-duka,pahit-manis dan lain sebagainya, sesuatu yang bertentangan namun menciptakan harmoni.
Didalam kehidupan setiap orang hampir semua pernah merasakan pahit manisnya dalam bercinta. Cinta sulit diuraikan dengan kata-kata, keindahannya bagaikan surga, surganya dunia. Dibalik keindahan bercinta tersimpan juga berbagai hal-hal yang menyakitkan yang tak jarang membuat seseorang hingga lemah tanpa daya , bahkan banyak pula hingga bunuh diri karena cinta. Manakala cinta menjadi sumber penderitaan maka itulah rasa pahitnya bercinta , nerakanya dunia.
Jalinan kasih antara seorang wanita dengan lelaki yang dimabuk asmara selalu penuh dengan warna-warni cinta yaitu keindahan dan penderitaan. Bila tiba waktunya berhadapan dengan penderitaan Setiap orang memiliki cara-cara tersendiri untuk lepas dari penderitaan yang dihadapi. Demikian juga halnya dengan usaha-usaha untuk melupakan orang yang dicintai .
“Tiada pertemuan tanpa ada perpisahan “ laksana seorang yang lahir kematian adalah pasti, demikian juga dengan suatu ikatan kasih, ada pertemuan maka perpisahan adalah pasti. Sebagian orang mungkin menyadari hal ini tetapi ketika ia berhadapan dengan masalah, dalam hal ini perpisahan dengan orang yang dicintai , seseorang dapat kehilangan akal sehat untuk keluar dari dilema yang dihadapi.
Telah banyak orang menguraikan bagaimana cara mudah melupakan orang yang kita cintai agar tidak menderita oleh karena cinta. Sebenarnya setiap orang memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri namun tak banyak yang menyadari kemampuan dirinya. Sumber berbagai masalah kuncinya hanya pada pikiran, demikian juga solusinya juga bersumberkan dari pikiran. Tidaklah salah bila kitab suci menguraikan tentang membebaskan diri dengan pikiran.
Barangsiapa merasa dirinya bebas, ia akan benar-benar bebas, dan barangsiapa merasa dirinya masih terikat, maka ia akan selamanya terikat. “Seperti yang dipikirkannya, begitu juga ia merubah dirinya”’ demikianlah kata-kata mutiara di dunia ini, yang sebenar-benarnya adalah benar. (Ashtavakra Gita I.11)
Untuk ia yang lagi berusaha melupakan si dia , inilah tips sederhananya yang diuraikan secara singkat:
1. Menyibukan Diri
Sibuk dengan berbagai aktivitas tidak hanya membuat seseorang menjadi orang yang sukses dan berdikari. Apabila seorang ingin melupakan orang yang dicintai menyibukan diri dengan berbagai kegiatan bermanfaat salah satu cara praktis dan elastis. Jadikan rasa sayang terhadap dia sebagai motivator dalam meraih kesuksesan. Dengan kesibukan maka kita akan lupa dengan si dia sedangkan kesuksesan pun kita raih.
2. Tidak Berusaha Melupakannya
Hendak melupakan seseorang bukan berarti harus berusaha untuk melupakannya, apalagi sampai menghabiskan energy hanya untuk melupakan si dia. Justru dengan membiarkan berjalan alami akan lebih mudah melupakan seseorang. Hanya menghabiskan energy jika berusaha mati-matian untuk melupakannya , sebaiknya manfaatkan energy untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
3. Tidak Membenci
Dari rasa sayang akan muncul kebencian,demikian sebaliknya dari rasa benci muncul rasa sayang. Dengan membenci orang yang pernah dicintai akan menyebabkan rasa sayang itu akan muncul kembali dikemudian hari sehingga untuk melupakan dia semakin sulit, alangkah baik tidak membenci juga tidak mencintai. Dalam ajaran agama selalu dianjurkan tetap seimbang antara suka dan duka , rasa benci dan cinta maka dengan demikian seseorang akan memperoleh kebebasan ataupun kemenangan, kemenangan atas kehidupan yang sejati.
4. Mencari Pengganti
Apabila 3 cara diatas tidak dapat dilakukan, cara ini mungkin tepat untuk seorang yang belum berpikir dewasa. Dari sudut pandang saya pribadi, mencari pengganti si dia dengan orang lain adalah cara kurang tepat sebab besar kemungkinan orang yang dijadikan penggantinya hanya sebagai pelampiasan. Meski kurang tepat namun bagi orang tertentu cara ini baik untuknya.
5. Mencari Keburukan
Setiap orang pasti memiliki kekurangan , di dunia ini menurut kitab Slokantara manusia tidak ada yang sempurna bahkan malaikat sekalipun. Selama kita bercinta dengan seseorang sedikit tidaknya pasti mengetahui sisi buruk si dia. Saat ingin melupakan si dia , carilah sampai ke akar-akar sisi buruk dia, mulai dari fisik sampai sifat atau karakter yang dimiliki sehingga rasa sayang yang kita miliki akan lentur dan lebur . Mencari keburukan orang lain mungkin salah dari berbagai sudut pandang, baik etika,moral maupun agama. Tetapi cara ini juga baik untuk dilakukan meski keliru, keliru demi kebaikan diri sendiri .
Demikianlah pandangan saya tentang cara mudah melupakan orang yang kita cintai , hal ini tidak lepas dari pengalaman pribadi.Bagaimana dengan pengalaman anda ?

sifat buruk manusia

Banyak manusia menganggap dirinya organisme terpintar dalam kerajaan hewan, meski ada perdebatan apakah cetaceans seperti lumba-lumba dapat saja mempunyai intelektual sebanding. Tentunya, manusia adalah satu-satunya hewan yang terbukti berteknologi tinggi. Manusia memiliki perbandingan massa otak dengan tubuh terbesar di antara semua hewan besar (Lumba-lumba memiliki yang kedua terbesar; hiu memiliki yang terbesar untuk ikan; dan gurita memiliki yang tertinggi untuk invertebrata). Meski bukanlah pengukuran mutlak (sebab massa otak minimum penting untuk fungsi "berumahtangga" tertentu), perbandingan massa otak dengan tubuh memang memberikan petunjuk baik dari intelektual relatif. (Carl Sagan, The Dragons of Eden, 38)

Kemampuan manusia untuk mengenali bayangannya dalam cermin, merupakan salah satu hal yang jarang ditemui dalam kerajaan hewan. Manusia adalah satu dari empat spesies yang lulus tes cermin untuk pengenalan pantulan diri - yang lainnya adalah simpanse, orang utan, dan lumba-lumba. Pengujian membuktikan bahwa sebuah simpanse yang sudah bertumbuh sempurna memiliki kemampuan yang hampir sama dengan seorang anak manusia berumur empat tahun untuk mengenali bayangannya di cermin.

Pengenalan pola (mengenali susunan gambar dan warna serta meneladani sifat) merupakan bukti lain bahwa manusia mempunyai mental yang baik.

Kemampuan mental manusia dan kepandaiannya, membuat mereka, menurut Pascal, makhluk tersedih di antara semua hewan. Kemampuan memiliki perasaan, seperti kesedihan atau kebahagiaan, membedakan mereka dari organisme lain, walaupun pernyataan ini sukar dibuktikan menggunakan tes hewan. Keberadaan manusia, menurut sebagian besar ahli filsafat, membentuk dirinya sebagai sumber kebahagiaan.

Salah satu hal yang paling menonjol yang membedakan manusia dengan hewan. diantaranya adalah sifat atau kepribadian yang dimilikinya. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang. Sifat atau kepribadian manusia digolongkan menjadi 2 macam yaitu:

Kepribadian Sehat
Kepribadian Tidak Sehat


1. Kepribadian yang sehat :


Mampu menilai diri sendiri secara realisitik; mampu menilai diri apa adanya tentang kelebihan dan kekurangannya, secara fisik, pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.
Mampu menilai situasi secara realistik; dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistik dan mau menerima secara wajar, tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna.
Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; dapat menilai keberhasilan yang diperolehnya dan meraksinya secara rasional, tidak menjadi sombong, angkuh atau mengalami superiority complex, apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan hidup. Jika mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustrasi, tetapi dengan sikap optimistik.
Menerima tanggung jawab; dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.
Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir, dan bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di lingkungannya.
Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat menghadapi situasi frustrasi, depresi, atau stress secara positif atau konstruktif , tidak destruktif (merusak)
Berorientasi tujuan; dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap aktivitas dan kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar paksaan dari luar, dan berupaya mencapai tujuan dengan cara mengembangkan kepribadian (wawasan), pengetahuan dan keterampilan.
Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati terhadap orang lain, memiliki kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam berfikir, menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya, merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain, tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain dan mengorbankan orang lain, karena kekecewaan dirinya.
Penerimaan sosial; mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.
Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari keyakinan agama yang dianutnya.
Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung oleh faktor-faktor achievement (prestasi) acceptance (penerimaan), dan affection (kasih sayang)

2. Kepribadian yang tidak sehat :

Mudah marah (tersinggung)
Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan
Sering merasa tertekan (stress atau depresi)
Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau terhadap binatang
Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun sudah diperingati atau dihukum
Kebiasaan berbohong
Hiperaktif
Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas
Senang mengkritik/ mencemooh orang lain
Sulit tidur
Kurang memiliki rasa tanggung jawab
Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor yang bersifat organis)
Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama
Pesimis dalam menghadapi kehidupan
Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan